Sang
raja tanpa mahkota begitulah kaum Kompeni Belanda menyebutnya, lihai
cerdas, dan bersemangat. Di takuti dan juga disegani lawan – lawan
politiknya. Perjuangnya dalam membela hak kaum pribumi saat itu benar –
benar menempatkan dirinya menjadi seoarang tokoh yang benar-benar
dihormati pada saat itu. Dialah H.O.S Tjokroaminoto lahir di desa Bakur,
Madiun Jawa Timur 16 Agustus 1883 (ada yang menulis beliau lahir 20 Mei
1883. Tepat pada waktu Gunung Krakatau meletus, sebagian menulis lahir
tahun 1882). Ia anak kedua dari dua belas bersaudara putra dari Raden
Mas Tjokro Amiseno, seorang Wedana Kleco dan cucu R.M Adipati
Tjokronegoro bupati Ponorogo. Terlahir dari keluarga bangsawan tak
membuatnya bersikap angkuh, justru karena itulah ia akhirnya menjadi
sebuah motor penggerak kemerdekaan bagi Indonesia disaat semua manusia
tertidur dalam belaian kompeni Belanda.
Pada awalnya, ia juga mengikuti jejak
kepriyayian ayahnya, sebagai pejabat pangreh praja. Ia masuk pangreh
praja pada tahun 1900 setelah menamatkan studi di OSVIA, Magelang. Pada
tahun 1907, ia keluar dari kedudukannya sebagai pangreh pradja di
kesatuan pegawai administratif bumiputera di Ngawi, karena ia muak
dengan praktek sembah-jongkok yang dianggapnya sangat berbau feodal.
Antara tahun 1907 – 1910 bekerja pada Firma Coy & CO di Surabaya,
disamping meneruskan pada Burgelijek Avondschool bagian mesin. Bekerja
sebagai masinis pembantu, kemudian ditempatkan di bagian kimia pada
pabrik gula di kota tersebut ( 1911 – 1912 ).
Bersama istrinya, Suharsikin ia
mendirikan rumah kost di rumahnya di Surabaya, yang nantinya melalui
rumah inilah Cokro menyalurkan ilmunya dalam agama, politik dan berorasi
yang akhirnya menjadi cikal bakal pembentukan tokoh – tokoh penting di
Indonesia. R. A. Suharsikin adalah cermin wanita yang selalu memberikan
bantuan moril, selalu menjadi kebiasaannya, jika suaminya bepergian
untuk kepentingan perjuangannya, istri yang sederhana dan prihatin ini
mengiringi suaminya dengan sholat tahajud, dengan puasa, dan do’a.
Dengan lahirnya Sarekat Islam pada tahun
1912, mulailah Cokroaminoto membuat cariere. Ketika ia sedang berada di
Solo ia didatangi oleh delegasi Sarekat Islam Solo untuk bergabung pada
organisasi ini dan Tjokroaminoto menyatakan kesiapannya untuk bergabung,
Tjokroaminoto dikenal sebagai orang yang berkarakter radikal yang
selalu menentang kebiasaan-kebiasaan yang memalukan bagi rakyat banyak.
Pada saat itu Tjokroaminoto telah dikenal sebagai seorang yang sederajat
dengan pihak manapun juga, apakah ia seorang belanda ataupun dengan
seorang pejabat pemerintah. dan Tjokroaminoto berkeinginan sekali untuk
melihat sikap ini juga dimiliki oleh kawan sebangsanya terutama di dalam
berhubungan dengan orang-orang asing. Banyak dari sekian banyak orang
menyebut dia sebagai seorang Gatotkoco Sarekat Islam. Rencananya Serikat
Dagang Islam H Samanhudi, didirikan pada tahun 1905 yang berorientasi
sosial ekonomi, setelah dilebur menjadi S.I diperluas dengan politik,
ekonomi, Sosila dan Agama. Tjokro Muda tokoh politik yang berhasil
menggabungkan retorika politik melawan penjajah Belanda dengan ideology
Islam, sehingga mengenyahkan penjajah dari bumi Nusantara.
Para pendiri Sarekat Islam mendirikan
organisasinya tidak semata-mata untuk mengadakan perlawanan terhadap
orang-orang cina, melainkan membuat front melawan semua penghinaan
terhadap rakyat bumiputra, dan merupakan reaksi terhadap rencana Krestenings-Politiek
(Politik Peng-Kristenan) dari kaum zending, perlawanan terhadap
kecurangan-kecurangan dan penindasan-penindasan dari pihak
ambtener-ambtener bumi putra dan eropa. Pendeknya perlawanan Sarekat
Islam ditujukan terhadap setiap bentuk penindasan dan kesombongan
rasial. Maka Sarekat Islam berhasil sampai pada lapisan bawah
masyarakat, yaitu lapisan yang sejak berabad-abad hampir tidak mengalami
perubahan dan paling banyak menderita.
Prestasi perdana Tjokroaminoto adalah
ketika ia sukses menyelenggarakan vergadering SI pertama pada 13 Januari
1913 di Surabaya. Rapat besar itu dihadiri 15 cabang SI, tiga belas di
antaranya mewakili 80.000 orang anggota. Kongres resmi perdana SI
sendiri baru terlaksana pada 25 Maret 1913 di Surakarta di mana
Tjokroaminoto terpilih menjadi wakil ketua CSI mendampingi Hadji
Samanhoedi. Dalam posisi wakil ketua inilah Tjokro mulai menanamkan
pengaruhnya.
Kongres SI ke-II di Yogyakarta pada 19-20
April 1914 melejitkan nama Tjokroaminoto sebagai Ketua CSI menggantikan
Samanhoedi dalam usia yang masih muda 31 tahun. Di tangan Tjokro, SI
mewujud menjadi organisasi politik pertama terbesar di Nusantara. Pada
1914, anggota resminya mencapai 400.000 orang, sedangkan tahun 1916
terhitung 860.000 orang. Tahun 1917 sempat menurun menjadi 825.000, pada
1918 bahkan merosot lebih drastis lagi hingga pada kisaran 450.000,
namun setahun berikutnya, tahun 1919, keanggotaan SI melesat sampai
2.500.000 orang.
Tjokroaminoto adalah seoarang orator
ulung dalam vargadering-vargadering SI yang sanggup mengalahkan “suara
baritonnya yang berat dan dapat didengar ribuan orang tanpa mikrofon”.
Dibawah kepemimpinannya, Sarekat Islam menjadi organisasi yang besar dan
bahkan mendapat pengakuan dari pemerintahan kolonial.
Konon anggotanya harus mengangkat sumpah
rahasia dan memiliki kartu anggota yang sering kali dianggap sebagai
jimat oleh orang-orang desa. Tjokroaminoto kadang-kadang dianggap
sebagai ratu adil, ’raja yang adil’ yang diramalkan tradisi-tradisi
mesianik jawa, yang disebut erucakra (yaitu, nama yang sama dengan Cakra-aminata,
Tjokroaminoto) bahkan beberapa elite kerajaan jawa, yang tak suka
dengan campur tangan belanda dalam urusan mereka, tetapi mendukung
Sarekat Islam.
Pada kongres nasional pertama di Bandung pada tahun 1916 ia berkata:
”Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang
disebabkan hanya karena susu. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap
negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud
mengambil hasilnya, dan pada saat ini tidaklah lagi dapat
dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya adalah penduduk pribumi, tidak
mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik,
yang menyangkut nasibnya sendiri… tidak bisa lagi terjadi bahwa
seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita, mengatur
hidup kita tanpa partisipasi kita.”
HOS pada kongres CSI tahun 1917 HOS
mengutarakan persaudaraan umat tidak terbatas letak geografis ras suku
dan kedudukan, semua berlandaskan persaudaraan Islam. HOS tidak
menyebutkan kata Ukhuwah. Tapi gagasan yang HOS gunakan menempatkan
Islam sebagai pemersatu seluruh umat.
Sifat politik dari organisasi ini
dirumuskan dalam “keterangan pokok” (asas) dan program kerja yang
disetujui oleh kongres nasional yang kedua dalam tahun 1917. keterangan
pokok ini mengemukakan kepercayaan central Sarekat Islam bahwa “agama
Islam itu membuka rasa pikiran perihal persamaan derajat manusia sambil
menjunjung tinggi kepada kuasa negeri” dan “bahwasanya itulah {Islam}
sebaik-baiknya agama buat mendidik budi pekertinya rakyat”. Partai juga memandang “agama
… sebagai sebaik-baiknya daya upaya yang boleh dipergunakan agar
jalannya budi akal masing-masing orang itu ada bersama-sama pada budi
pekerti… ”. sedangkan negeri atau pemerintah “hendaklah tiada terkena
pengaruhnya percampuran barang suatu agama, melainkan hendaklah
melakukan satu rupa pemandangan di atas semua agama itu.” Central Sarekat Islam pun “tidak
mengharapkan sesuatu golongan rakyat berkuasa di atas golongan rakyat
yang lain. Ia lebih mengharapkan hancurnya kuasanya satu kapitalisme
yang jahat (zondig kapitalism), dan memperjuangkan agar tambah
pengaruhnya segala rakyat dan golongan rakyat … di atas jalannya
pemerintahan dan kuasanya pemerintah yang perlu akhirnya mendapat kuasa
pemerintah sendiri (zelf bestuur).” Dalam mencapai maksud dan
tujuan ini Central Sarekat Islam mencari kerjasama dan saling membantu
dengan pihak-pihak yang menyetujuinya.
Perkembangan pesat SI lebih disebabkan
citra Islam, yang menjadi magnet utama menarik massa. Apalagi SI adalah
tempat berkumpulnya para tokoh Islam terkemuka, sebut saja KH Ahmad
Dahlan, Agus Salim, AM Sangadji, Mohammad Roem, Fachrudin, Abdoel Moeis,
Ahmad Sjadzili, Djojosoediro, Hisamzainie, dan lain-lainnya.
Orang-orang besar inilah yang sangat dikagumi dan menjadi panutan bagi
sekalian rakyat.
Tjokroaminoto pun sempat menghasilkan
buku-buku Islam, juga menulis banyak artikel tentang materi keislaman.
Meski Tjokro bukan seorang ahli agama yang benar-benar murni
berkonsentrasi pada pemahaman ajaran Islam, tetapi Tjokroaminotolah yang
menjadi Bapak Politik Umat Islam Indonesia. Ia adalah begawan muslim
yang mengajarkan pendidikan politik kepada seluruh rakyat Indonesia.
Dalam memimpin, Tjokroaminoto banyak
melakukan tindakan-tindakan yang seringkali membikin pemerintah Hindia
Belanda berang. Antusiasme rakyat terhadap SI membuat kaum kolonialis
khawatir akan timbulnya perlawanan massal di kelak kemudian hari. Di
setiap kegiatan SI, massa yang datang pasti bejubel. Tjokro pernah pula
memimpin aksi buruh, membuka ruang pengaduan untuk rakyat di rumah dan
di kantornya, membela kepentingan kaum kromo lewat pidato dan tulisannya
di media pergerakan, mengetuai dibentuknya komite Tentara Kandjeng Nabi Mohammad (TKNM)
untuk memertahankan kehormatan Islam, serta memantik rasa kebangsaan
Indonesia dengan menggencarkan gagasan soal pemerintahan sendiri untuk
orang Indonesia atau zelfbestuur.
Ketakutan pemerintah kolonial terhadap
sepak terjang Tjokroaminoto dan SI membuat mereka terpaksa merangkulnya
untuk duduk sebagai anggota Volksraad atau Dewan Rakyat. Penunjukan
Tjokro ini membuat beberapa golongan di internal SI, terutama dari SI
Semarang yang dimotori Semaoen dan Darsono, menentang kebijakan ini.
Mereka juga tidak sepakat dengan dukungan Tjokroaminoto terhadap rencana
pembentukan milisi bumiputera.
Karena aktifitas politiknya Belanda
akhirnya menangkap Tjokro pada tahun 1921 karena dikhawatirkan akan
membangkitkan semangat perjuangan rakyat pribumi walaupun akhirnya
dibebaskan pada tahun 1922, sebuah cobaan yang lazim diterima para
penegak syariat islam di seluruh dunia.
Sebagai seorang pemimpin, wajar jika
Tjokroaminoto punya banyak murid, di antaranya adalah Soekarno, Muso,
Alimin, Kartosoewirjo, Buya Hamka, Abikoesno, dan banyak lagi. Para anak
didik Pak Tjokro ini kelak akan menjelma sebagai pemimpin-pemimpin baru
bangsa Indonesia. Seperti Soekarno yang Nasionalis, SM kartosuwirjo
yang Islamis Dan Muso-Alimin yang Komunis. Perbedaan idiologi dari murid
– muridnya tersebut secara tidak langsung memberikan warna sendiri
bagaimana secara aktif ide-ide, ilmu dan gagasan Cokro menghujam kedada
mereka. Walaupun dengan pemahaman yang beraneka ragam sesuai dengan
latar belakang, pendidikan dan pekerjaanya masing masing. Jadi,
pertarungan Soekarno, Kartosuwirjo dan Muso-alimin sejatinya adalah
pertarungan tiga murid dari seorang guru Tjokroaminoto. Hal ini
mengisaratkan bahwa adanya perbedaan tafsir para murid terhadap guru dan
kemudian mendorong kecenderungan yang berbeda pula.
Dalam beberapa hal, ide Islam Tjokro
lebih dipahami oleh Kartosuwirjo dengan Darul Islamnya, ia melanjutkan
perjuangan yang telah dirintis oleh Tjokro yakni menuntut Indonesia
dalam wujud Ad-daulatul Islamiyah. Dengan dasar itu ia akhirnya memproklamirkan Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1949 di Jawa Barat.
Pak Tjokro juga seorang jurnalis. Ia
pernah memimpin suratkabar Otoesan Hindia yang merupakan organ internal
SI sekaligus sebagai pemilik usaha percetakan Setia Oesaha di Surabaya.
Juga pernah terlibat dalam Bendera Islam bersama Agus Salim, Soekarno,
Mr Sartono, Sjahbudin Latief, Mohammad Roem, AM Sangadji, serta aktivis
Islam dan Nasionalis lainnya. Fadjar Asia pun terbit sebagai suratkabar
pembela rakyat berkat kerja kerasnya bersama Agus Salim dan
Kartosoewirjo. Tjokroaminoto pun piawai menulis buku, di antaranya
adalah dua buku yang diberi judul Tarich Agama Islam serta Islam dan
Sosialisme.
Tjokroaminoto menguasai bahasa Jawa,
Belanda, Melayu, dan bahasa Inggris. Bahasa Jawa mengandung kelembutan
dalam bentuk dan wujudnya, juga dalam pengucapannya. Namun, dalam
kata-kata lembut itu termuat maksud dan isi yang tajam, serta seringkali
berupa kiasan atau sindirian yang tak kalah menohok, dan itulah yang
sering dilakukan Tjokro untuk “menghabisi” lawan bicaranya. Tjokro juga
mulai belajar bahasa Inggris, meski hanya sendiri tanpa guru yang
mengajari. Tjokroaminoto sempat menghasilkan pidato dan beberapa tulisan
tangkas berbahasa Inggris. Ilmu bahasa universal itu sempat ia terapkan
untuk menerjemahkan tafsir Al-Qur’an dalam bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia.
“Tjokroaminoto mempunyai keyakinan
yang teguh, bahwa Negara dan bangsa kita tak akan mentjapai kehidupan
jang adil dan makmur, pergaulan hidup jang aman dan tenteram, selama
keadilan sosial sepandjang adjaran-adjaran Islam belum dapat berlaku
atau dilakukan mendjadi hukum dalam Negara kita, sekalipun sudah
merdeka.
“
Terbukti sekarang, sekalipun Negara dan bangsa kita sudah merdeka dan
berdaulat bernaung dibawah pandji-pandji sang merah putih, namun rakjat
jelata jang berpuluh-puluh jumlahnja belum merasakan kenikmatan dan
kelezatan hidup dan kehidupan sehari-harinja. Rakyat masih tetap
menderita matjam – matjam kesukaran dan kemelaratan. Kekatjauan timbul
dimana-mana. Perampokan penggedoran. Pentjulikan dan pembunuhan
seolah-ilah tak dapat diatasi oleh pihak (alat) pemerintahan.
Dikota-kota besar nampak pula kerusakan
moral (budi pekerti) bangsa kita. Bukan sadja pelajturan jang
meradjalela dari kota-kota sampai desa-desa, tetapi pihak jang dikatakan
kaum terpeladjar, pemuda dan pemudi tak ada batas lagi pergaulan
hidupnja, pergaulan jang merdeka. Pergaulan jang mempengaruhi alam
pikiran pada kesesatan. Sumber-sumber pelatjuran telah menjadi pergaulan
hidup yang modern. Kemadjuan jang mentjontoh dunia barat jang memang
sudah rusak. Rusak budi-pekertinja dan rochaninja. Tak ada kendali
didalam djiwa jang dapat menahan hawa nafsunja. Inilah semuanja yang
oleh ketua Tjokroaminoto dikatakan Djahiliah modern.
Kalau alat-alat pemerintah RI jang
memegang tampuk kekuasaan pemerintahan, baik pihak atasan maupun sampai
bawahan sudah tidak takut lagi kepada hukuman Allah, jakinlah Negara
akan rusak dan hantjur dengan sendirinja, sebab segala perbuatan djahat,
korupsi, penipuan, suapan dan sebagainja jang terang terang merugikan
Negara, dikerjakan dengan aman oleh mereka itu sendiri, rakjat mengerti
sebab rakjat jang menjadi korban”.
Di tengah pemerintah kolonial yang masih kuat apalagi saat itu Belanda masih menerapkan peraturan Reegerings Reglement
(RR) sebuah peraturan yang berisi larangan berpolitik, berkumpul untuk
membahas perjuangan kemerdekaan. Yang otomatis Cokro saat itu harus
berhadapan dengan dua lawan yaitu Belanda dan Pangreh Praja yang menjadi
kaki tangan Belanda. Pada tahun 1924, Cokro mulai aktif dalam komite
–komite pembahasan kekhilafahan yang dicetuskan pemimpin politik
Wahabiah Arab, Ibnu Saud. Sebuah langkah untuk memperkuat barisan menuju
kemerdekaan dan kekhalifahan dunia.
Satu hal yang penting bagi Tjokro, ia
berfikir reflektif sebagai respons atas pertautan zamannya. Islam
ditemukannya sebagai suatu ideologi. Setelah menemukan Islam sebagai
Ideologi, maka Tjokro memberi geist baru bagi Islam yaitu dengan
sosialisme, yang coba digali dari dalam Al-Qur’an. Tampaknya, Tjokro
sadar akan bahaya sosialisme yang dengan “keseksiannya” banyak menarik
pengikut dari aktivis pergerakan. Jika Islam dimaknai secara pasif,
bukan suatu unsur yang “seksi”, menarik dan berjuang bagi perubahan,
maka langkah Islam tidak akan beranjak dari fungsi praktik ritual
belaka.
Sosialisme Islam Tjokroaminoto
Sosialisme Islam menurut Tjokro adalah
sosialisme yang wajib dituntut dan dilakukan oleh umat Islam, dan bukan
sosialisme yang lain, melainkan sosialime yang berdasar kepada azaz-azaz
Islam belaka. Baginya, cita-cita sosialisme dalam Islam tidak kurang
dari 13 abad umurnya dan tidak ada hubungannya dengan pengaruh bangsa
eropa. Azaz-azaz sosialisme Islam telah dikenal dalam pergaulan hidup
Islam pada zaman nabi Muhammad SAW.
Islam secara tegas mengharamkan riba
(woeker) dan itu artinya Islam menentang keras terhadap kapitalisme.
Sebagaimana ditulis Tjokroaminoto dalam bukunya Islam dan Sosialisme,
“Menghisap keringatnya orang-orang yang bekerja, memakan pekerjaan lain
orang, tidak memberikan bahagian keuntungan yang semestinya (dengan
seharusnya) kebahagiannya lain orang yang turut bekerja mengeluarkan
keuntungan itu,- semua perbuatan yang serupa ini (oleh Karl Marx disebut
memakan keuntungan “meerwaarde” (nilai lebih) adalah dilarang dengan
sekeras-kerasnya oleh agama Islam”.
Islam menentang kapitalisme juga terlihat
bagaimana konsep muamalah Islam diberlakukan. Ajaran Islam mengajarkan
bahwa akan celaka orang yang mengumpulkan harta untuk kesia-siaan. Dalam
muamalah Islam kata Tjokro, praktek yang mengarah pada penimbunan dan
penumpukan modal dan barang adalah dilarang. Termasuk Islam melarang
keras praktek riba karena dianggap benih kapitalisme yang menurut
pendapat Karl Marx disebut sebagai meerwarde.
Azaz penting menurut Tjokro mengapa Nabi
Muhammad gigih memperjuangkan Sosialisme Islam karena Islam mengajarkan
sebesar-besarnya keselamatan hendaknya menjadi bahagiannya
sebanyak-banyaknya manusia, dan keperluannya seseorang hendaknya
bertakluk kepada keperluannya orang banyak. Termasuk pencapaian rahmatan
lil alamien yang menjadi misi kerosulan Nabi Muhammad adalah ingin
meletakkan semangat keadilan dan kemanusiaan yang meniscayakan hadirnya
sistem yang mensejahterakan.
Maka kalau ditelaah lebih jauh pemikiran
diatas bahwa sebenarnya semangat perjuangan Tjokroaminoto adalah ingin
meletakkan Islam sebagai unsur fundamental untuk membebaskan rakyat dari
kesewenang-wenangan rezim Kolonial Belanda. Sosialisme Islam baginya
adalah ruh pembebasan manusia dari pemiskinan yang digerakkan oleh
sistem. Perlawanan terhadap sistem yang tidak berkeadilan beliau
letakkan sebagai misi kenabian sebagaimana ajaran Nabi Muhammad.
Bagi Tjokroaminoto, dasar sosialisme
Islam adalah ajaran Nabi Muhammad tentang kemajuan budi pekerti rakyat.
Sehingga Tjokro membagi anasir sosialisme Islam pada tiga anasir,
pertama, kemerdekaan (vrijheid-liberty). Kedua, persamaan
(gelijk-heid-eguality), dan ketiga, persaudaraan
(broederschap-fraternity).
Bagi Cokro, Islam adalah sesuatu yang
harus di perjuangkan dan di persatukan, sebagai dasar kebangsaan yang
hendak di proses menuju Indonesia. Tipikal Cokro, identik dengan
AI-Afghani yang juga merupakan tokoh politik Pan-Islamisme (kebangkitan
Islam). Cokro dan Afghani juga sama-sama mengalami kegagalan dalam
perjuangan Pan-Islamismenya. Namun, arti penting keduanya bukan pada
kemenangan atau kekalahan. Keduanya menjadi penting karena menggulirkan
momentum perubahan pemikiran dalam Islam. Keduanya juga menjadi ruh
perjuangan bagi kepentingan politik Islam.
Ruh Cokro akan masih terus bergerak
menjadi spirit perjuangan ketika islam di artikulasikan sebagai
penggerak yang aktif, tidak statis. Yang mengatakan ,” Setinggi-tinggi
ilmu, semurni-murni tauhid , sepintar-pintar siasat”. Beliau wafat pada
tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakarta, dan dimakamkan di TMP Pekuncen,
Yogyakarta.
Sumber buku :
- Amelz, H.O.S Tjokroaminoto: Hidup dan Perjuangannya, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
- Brackman, Arnold. Indonesian Communism, (New York: Preager, 1963.
- Dengel, Holk. Darul Islam dan Kartosuwiryo: Sebuah Angan-Angan yang Gagal, Jakarta: Sinar Harapan, 1997.
- Fealy, Greg. Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967, Yogyakarta: LkiS, 1998.
- Legge, J.D. Sukarno, Biografi Politik, Jakarta: Sinar Harapan, 2000.
- Geertz, Clifford. Santri, Abangan dan Priyayi, Jakarta: PT Gramedia, 1982.
- Ingleson, John. Jalan Ke Pengasingan: Pergerakan Nasionalis Indonesia 1927-1934, Jakarta: LP3ES, 1988
- Mc.Vey, Ruth. The Rise of Indonesian Communism, Ithaca.NY: Cornell University Press, 1965.
- Shiraishi, Takashi. Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, Jakarta: Grafiti Press, 1997.
- Tjokroaminoto, HOS. Sosialisme di dalam Islam, dikutip dari Islam, Sosialisme dan Komunisme (editor: Herdi Sahrasad), Jakarta: Madani Press, 2000.
- Deliar Noer, 1996, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES
- Sartono Kartodirjo, dkk, 1975, Sejarah Nasional Indonesia, jilid V, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- M.C.Richlefs, 2001, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: Serambi
Sumber lain :
newhistorian.wordpress.com
Muslim Net
aadany-khan.blogspot.com
syafiie.blogspot.com